Ternyata tidak!! Honda dengan percaya diri kembali menggunakan mesin C-100 98cc yang juga digunakan dari jaman nenek moyangnya. Imbuhan knalpot model racing menjadi pemanis ‘jagoan’ kita kali ini..plus dengan iming-iming mesin Honda yang tangguh, bandel tapi tetap irit. Jelaslah, dengan jargon ini tidak merepresentasikan adanya kemajuan dalam hal teknologi mesin dari sepeda motor Honda. Juga ditilik dari kapasitas mesin yang hanya 100cc kurang sedikit, seharusnya Honda memperkuat jajaran bebek ber-cc besarnya, melihat rival yang getol sekali mengembangkan bebek 125cc ke atas. Atau Honda berstrategi lain? Mungkin saja di daerah (luar Jakarta/Pulau Jawa) bebek 100cc masih banyak diminati, sehingga AHM demikian pe-de merilis Revo 100cc, seperti yang diungkapkan di sini.

Bandingkan langkah Honda dengan Yamaha atau Suzuki misalnya, meskipun Suzuki akhir-akhir ini juga hancur lebur. Yamaha dan Suzuki berani meluncurkan model yang bisa dibilang revolusioner, bukan sekedar nama seperti Revo-nya Honda. Revolusioner di sini maksudnya ya terjadi segala perubahan besar baik di bodi, rangka dan yang terpenting, MESIN. Jika Suzuki berani tampil beda dengan Staria F/FU-150, Yamaha dengan Jupiter MX-135..Honda?? Kalangan muda yang menjadi target pasar pabrikan pasti kuciwa dengan langkah ‘berani’ Honda ini. Harapan bahwa Honda (di Indonesia) dapat mewakili dominasinya di MotoGP dengan motor (cub dan sport) yang berteknologi tinggi pupus dihantam Revo. Karakter mesin lawas C-100 yang irit semakin tenggelam dalam kepulan asap motor pesaing. Belum lagi serbuan pabrikan baru seperti Bajaj yang memakan pangsa pasar Mega Pro. Kita semua tau kalo Mega Pro emang top..kalo ga ada pesaing. Tapi kalo kondisinya seperti sekarang? Ada Pulsar, Thunder (biar 125cc tapi juga makan kuenya Mega Pro), ditambah V-Ixion. Menarik sekali untuk mengetahui senjata apalagi yang dikeluarkan Honda jika pasar motor sport-nya juga ikut digerogoti.

Honda mungkin kurang berani untuk tes pasar. Di pameran-pameran otomotif aja Honda seperti kurang berani menampilkan ‘hot item‘ yang mampu menimbulkan sas-sus dari khalayak tentang kehadiran produk barunya. Liat aja V-Ixion. Baru dituangkan dalam konsep pada pertengahan tahun kemaren, langsung dapat respon pasar yang luar biasa. Hanya sayang, price list yang diluncurkan berbeda dengan ancer-ancer yang dihembuskan waktu pameran. Akibatnya..penonton kecewa. Alasan Yamaha mungkin begini, “buat apa jual motor hi-tech dengan harga murah, wong Honda dengan teknologi kuno-nya jual mahal masih banyak yang mau beli”..

Kembali ke Honda. Jadi..apakah Revo ini dapat membodohi menyihir konsumen agar kembali menggunakan produk Honda, yang artinya mengembalikan mahkota kejayaan Honda? Ataukah menjadi pelengkap derita..dalam arti menjadi bahan cercaan dan tertawaan dari konsumen dan pesaing, sementara produknya sendiri tidak sukses di pasaran?? Mari kita lihat langkah Honda selanjutnya…